KARMA KAMELEON BEAUTY PARLOUR
Through this work, I am interested in seeing the makeup as practice that in fact beyond the border of the gender binary. I am fascinated in seeing makeup as an allegory of speculative genderless future and its hybrid anti-binary opposition society.
01
Open Studio Day 1
02
Open Studio
ENGLISH
In its practice as a skill set, makeup is almost exclusively related to femininity. In the modern age, unless used for the clown, makeup as an artistic practice with its genderless purposes—in my observation—only presence in the archaic religious ritual. Through this work, I am interested in seeing the makeup as practice that in fact beyond the border of the gender binary. I am fascinated in seeing makeup as an allegory of speculative genderless future and its hybrid anti-binary opposition society. If the makeup is applied in the archaic tradition as a tool for ritualistic purposes, for the clown culture makeup is used as a medium to entertain. However, it is interesting to see makeup in clown functioned somehow beyond its purpose to entertain people, it scares people as well. This is paradoxically fascinated if we refer to the idea of makeup as a non-rigid hybrid reality; neither feminine nor masculine, it entertains yet scares people at the same time. Differ to the method of applying self-makeup for the clown, the makeup practice in this work done performatively by me as an artist taken the inspiration from the performative action of local Indonesian barber shop.
This work was presented at Galeri Lorong as part of Craft as Method of Thinking, Curated by Arham Rahman
BAHASA INDONESIA
Dalam praktiknya sebagai rangkaian keterampilan, rias hampir secara eksklusif terkait dengan feminitas. Di zaman modern, kecuali digunakan untuk badut, rias wajah sebagai praktik artistik dengan tujuan tanpa gender — dalam pengamatan saya — hanya hadir dalam ritual keagamaan kuno. Melalui karya ini, saya tertarik melihat riasan sebagai praktik yang notabene melampaui batas biner gender. Saya melihat makeup sebagai alegori masa depan tanpa gender spekulatif dan masyarakat oposisi anti-biner hibrida. Jika rias diterapkan dalam tradisi kuno sebagai alat untuk tujuan ritualistik, untuk rias budaya badut digunakan sebagai media untuk menghibur. Namun, menarik untuk melihat makeup di badut berfungsi entah bagaimana di luar tujuannya untuk menghibur orang, itu membuat orang takut juga. Ini secara paradoksal terpesona jika kita merujuk pada gagasan makeup sebagai realitas hybrid yang tidak kaku; tidak feminin atau maskulin, itu menghibur namun membuat orang takut pada saat yang sama. Berbeda dengan metode menerapkan riasan diri untuk badut, praktik riasan dalam karya ini dilakukan secara performatif oleh saya sebagai seorang seniman mengambil inspirasi dari aksi performatif dari toko tukang cukur lokal Indonesia.
Karya ini dipresentasikan di Galeri Lorong sebagai bagian dari Craft as Method of Thinking, yang dikuratori oleh Arham Rahman